Thankyou for visit my blog...
I hope my articles could give any information which you're looking for. Have a nice reading.. God bless y!

HAPPY READING

Wednesday, February 13, 2013

PENDAKIAN GUNUNG

Hey guys.. just like u know.. aku seorang pendaki dan pencinta alam... sekarang, yang ingin aku bagikan adalah mengenai apa itu pendakian, faktor-faktor pendukung pendakian mulai dari peralatan, perlengkapan hingga tata cara pendakian maupun alasan dan resiko suatu tindakan diambil..
check it out!

Pendakian adalah Kegiatan olahraga ataupun hobi dari seseorang yang tergabung dalam komunitas tertentu yang tentu saja menyukai petualangan atau permainan adrenalin. Namun, saat ini aku akan membagikan FILOSOFI PENDAKIAN yang kusadur dari Belantara Indonesia (Organisasi Pecinta Alam)

Filosofi Pendakian Gunung
adalah gambaran nyata bagi para pecinta pendakian gunung tentang hal - hal dalam diri yang sering mengatasnamakan para petualang. Pada masa kini, mendaki gunung adalah kegiatan yang bisa dilakukan secara acak hanya untuk mengisi waktu luang ataupun hanya sekedar ingin disebut Pecinta Alam. Dan disinilah Filosofi Pendakian Gunung terbentuk.
Jika kau ingin tahu lebih jelas mengenai sifat asli orang - orang dekatmu atau sifat asli dirimu sendiri, ajaklah mendaki gunung. Di atas sana, kau akan menemukan bahwa kau tidak bisa menyembunyikan karakter aslimu. Kau akan menjadi dirimu sendiri, sepenuhnya.

Jika egois, maka di atas sana kau akan egois. Jika penakut, maka di atas sana kau pun akan banyak diam. Jika kau pengeluh, maka kau tidak akan berhenti mengeluh sepanjang perjalanan. Dari situlah kita akan semakin tahu kekurangan dan kelebihan diri masing - masing, dan kemudian kita bisa saling introspeksi diri.
Benar sekali, mendaki gunung tak jauh berbeda dengan kehidupan. Terkadang kita melewati tanjakan yang terjal, hingga kita hampir menyerah, terkadang juga kita menyusuri jalanan di tepi jurang, harus hati - hati melangkah karena jika tidak, kita bisa terpeleset. Ketika terpeleset mampukah kita melanjutkan perjalanan, atau memilih mundur dan turun untuk selanjutnya pulang?
Terkadang melewati turunan yang curam, terkadang hanya padang ilalang datar ratusan meter. Terkadang harus berhenti untuk melepas lelah setelah perjalanan panjang.
Seperti halnya hidup, ketika menempuh perjalanan kita banyak mengeluh karena lelah atau menikmati saja pemandangan sekitar. Itu adalah pilihan. Dengan jalur yang sama, beban yang sama, sikap pendaki satu dengan yang lain tentu akan berbeda. Beratnya beban di punggung adalah bekal kita. Tidak murah memang segala bekal kita namun sangat sepadan dengan apa yang akan kita nikmati selama mendaki gunung.
Sesekali kita membutuhkan orang lain untuk berpegangan ketika melewati titian. Terkadang kita harus mempercayakan nyawa kita kepada teman kita ketika kita perlu memanjat bagian gunung berupa tebing yang curam. Sesekali kita membutuhkan teman kita untuk memasang tenda. Sesekali kita membantu merawat teman yang sakit atau cidera dalam pendakian.
Terkadang kita membawa bekal yang "mewah" , makanan import, sosis, jeruk mandarin, kentuckyFrench Fries, celana bermerk dari Perancis, daypack bergambar Doraemon agar dikira buatan Jepang, sepatu gunung dengan harga enam digit dsb. Terkadang pula kita membawa tas ransel buatan pasar yang isinya sarung, nasi yang agak basi, sandal japit lokal harga empat ribuan, tenda bekas Pramuka yang sudah kumal, dsb.
Di gunung kita hanyalah penumpang, numpang lewat, numpang tidur, numpang buang air. Sering terjadi hal - hal di luar akal sehat dan logika ketika kita tidak mengindahkan “tata krama” di gunung. Disadari atau tidak, percaya atau tidak, hukum sebab akibat, berlaku sebagaimana kehidupan sehari - hari. Bagaimana kita menempatkan diri di gunung, terhadap penduduk setempat, terhadap pepohonan, sungai, satwa, dan sebagainya merupakan gambaran bagaimana kita hidup sehari - hari. Bagaimana perilaku seseorang di gunung adalah perilaku sesungguhnya dia di kehidupan sehari - harinya.

Satu pendaki dengan pendaki lain berbeda pandangan mengenai pendakian yang berhasil. 

Si A berpandangan pendakian yang berhasil adalah jika dia telah sampai di puncak walau mungkin teman - teman se - timnya tidak berhasil. Si B berpandangan pendakian yang berhasil adalah jika seluruh anggota tim berhasil ke puncak bagaimanapun caranya. Ada yang lebih senang mendaki sendirian, karena berbagai alasan, tidak mau merepotkan orang lain, lebih bebas sendirian, tidak mau direpotkan orang lain, sok berani, dsb. Ada yang lebih suka dalam kelompok kecil karena bisa saling membantu, saling ketergantungan, mudah diatur - atur, dsb.
Ada yang mendaki dengan menikmati keseluruhan perjalanan dari belanja hingga puncak, hingga turun lagi, ada yang berprinsip bersakit - sakit dahulu ( perjalanan berat, bawaan banyak, bekal lebih dari cukup ) bersenang - senang kemudian ( baru di puncak bisa menikmati naik gunung, keberhasilan katanya, bongkar bekal, dan pesta ), ada yang dari awal sampai turun lagi hanya mengeluh karena mendaki gunung karena terpaksa, ada yang hanya iseng dan ikut - ikutan, dsb.
Dan di atas sana, di tengah - tengah angin yang menderu - deru, di antara jurang yang berujung kelam, omong kosong bila kau tidak bicara tentang Tuhan. Kau akan menyadari seberapa kecil dan lemahnya dirimu di tengah hamparan alam semesta.
Dan seorang Lord Robert Boden Powell ( Bapak Pandu Dunia ) mengatakan : “Suatu negara tak akan kehabisan pemimpin jika di dalamnya masih terdapat anak muda yang penuh keberanian mendaki gunung tinggi dan menjelajah lautan”.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendakian. Pertama, faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri pendaki. Cuaca, kondisi alam, gas beracun yang dikandung gunung dan sebagainya yang merupakan sifat dan bagian alam. Karena itu, bahaya yang mungkin timbul seperti angin badai, pohon tumbang, letusan gunung atau meruapnya gas beracun dikategorikan sebagai bahaya objektif (objective danger). Seringkali faktor itu berubah dengan cepat di luar dugaan manusia.

Tidak ada seorang pendaki pun yang dapat mengatur bahaya objektif itu. Namun dia dapat menyiapkan diri menghadapi segala kemungkinan itu. Diri pendaki, segala persiapan, dan kemampuannya itulah yang menjadi faktor intern, faktor kedua yang berpengaruh pada sukses atau gagalnya mendaki gunung.

Bila pendaki tidak mempersiapkan pendakian, maka dia hanya memperbesar bahaya subyektif. Misalnya, bahaya kedinginan karena pendaki tidak membawa jaket tebal atau tenda untuk melawan dinginnya udara dan kencangnya angin. Mendaki gunung jangan dianggap enteng. Perlu persiapan khusus dan serius. Menganggap remeh persiapan bisa berakibat fatal. Kalau kamu ingin mendaki gunung, ada beberapa tips utama yang bisa saya berikan



1.     Mengecek Dahulu Lokasi Pendakian. Sebelum untuk memulai pendakian Anda disarankan mengecek dahulu lokasi pendakian dan mengetahui track pendakian. Apakah keadaan gunung saat itu dalam kondisi baik untuk didaki atau kondisi gunung siaga satu dan tidak layak untuk didaki. Mengecek track pendakian melalui internet atau pun bertanya kepada teman yang sudah hafal track pendakian itu juga penting dilakukan agar kita siap menghadapi track yang akan kita lalui nanti. Atau paling tidak, dalam 1 rombongan pendaki, diharuskan paling kurang 1 orang yang sudah pernah mendaki gunung tersebut.
2.    Olahraga Minimal Sebulan Sebelum Pendakian. Olahraga sebelum memulai pendakian sangat  penting untuk dilakukan karena biasanya untuk mendaki gunung dibutuhkan stamina yang kuat. Medan yang tidak biasa, semakin tinggi lokasi, semakin tipis oksigen yang tersedia untuk mendaki gunung. Tidak bisa ditawar, mendaki gunung adalah kegiatan fisik berat. Karena itu, kebugaran fisik adalah hal mutlak. Untuk berjalan dan menarik badan dari rintangan dahan atau batu, otot tungkai dan tangan harus kuat. Untuk menahan beban ransel, otot bahu harus kuat. Daya tahan (endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga hitungan hari untuk bisa tiba di puncak.

Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum pendakian. Mulailah jogging tanpa memaksa diri, misalnya cukup 30 menit dengan lari-lari santai.
Tingkatkan waktu dan kecepatan jogging secara bertahap pada kesempatan berikutnya. Bila kegiatan itu terasa membosankan, dapat diselingi dengan berenang. Dua olahraga itu sangat bermanfaat meningkatkan endurance dan kapasitas maksimum paru-paru menyedot oksigen (Volume O2 maximum/VO2 max). Latihan push up, sit up, pull up sebaiknya juga dilakukan untuk memperkuat otot-otot.
3.    Bawa Barang yang Penting Saja. Pilihlah barang apa saja yang penting untuk dibawa ketika naik gunung. Membawa barang yang belum tentu digunakan di gunung, hanya akan menambah beban tas dan bisa menghambat pendakian, misalnya boneka.
4.    Sleeping bag dan Tenda. Untuk perlengkapan tidur diperlukan tenda dan sleeping bag . Bawalah tenda yang baik dan sarung tidur (sleeping bag). Sleeping bag mampu menutupi seluruh tubuh dengan baik, kecuali bagian kepala atau muka. Hawa dingin dari tanah yang kita tiduri sering kali masih terasa, kendati sudah memakai kantung tidur.
Untuk menanggulanginya, tanah yang ditiduri dialasi dulu dengan plastik atau daun-daunan. Matras yang banyak dijual di pasaran akan baik sekali bila digunakan sebagai alas. Matras yang praktis adalah yang bisa dilipat dan digelembungkan dengan tiupan mulut. Matras yang terbuat dari karet busa juga pilihan yang baik karena kemampuannya menyekat hawa dingin dari tanah.
 
5.    Pakaian dan Jaket/Pakaian Hangat
Pakaian yang ideal saat mendaki di gunung tropis adalah yang relatif tebal dan menyerap keringat , celana yang tidak kaku dan ringan guna melindungi kaki dari goresan duri, baju dari katun atau wol cukup ideal. Sayang bila telah basah, katun tidak mampu menghangatkan badan, baju dari bahan sintetis misalnya polyester dan acrylics sedikit menyerap keringat tetapi cepat kering, sementara bahan nilon sebaiknya tidak digunakan karena tidak menyerap keringat sehingga keringat akan tetap menenpel pada badan, sebaliknya nylon amat baik menahan hujan sehingga banyak digunakan sebagai ponco. hindari pemakaian pakaian berbahan jeans. Bahan ini sukar kering dan berat disaat basah , bila mendaki medan yang dirimbuni pepohonan atau semak tinggi dimana terpaan angin tidak kencang, hindari pemakaian jakat saat berjalan, selain menahan keringat yang menempel di badan jaket juga membuat tubuh terasa gerah karena selama berjalan suhu tubuh meningkat akibat pembakaran zat makanan untuk menghasilkan energi. Pada saat istirahat disela pendakian, pembakaran berkurang, dinginya temperatur di gunung dan hembusan angin maka pendaki akan menghadapi perbedaan draktis temperatur oleh karena itu saat beristirahat sebaiknya pendaki mengunakan jaket atau sweater tebal, bila beristirahat saat hujan sebaiknya menganti baju yang basah dengan baju yang kering. Jaket sebaiknya digunakan untuk menahan dingin di puncak atau lokasi kemping saat aktifitas tidak segiat saat berjalan, pilihlah jaket yang berbahan isian (down Jaket) jaket jenis ini cukup tebal dan menahan dingin yang baik, kelemahannya relatif berat dan memakan banyak tempat dalam ransel, jaket lainnya sebaiknya dibawa adalah yang memiliki dua lapisan (double layer) lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal.

6.    Memakai Ransel (carrier). Carrier atau tas besar adalah perlengkapan utama dalam pendakian. Carrier ini berguna untuk menampung seluruh perbekalan dan peralatan yang akan di bawa dalam pendakian. Disarankan membawa tas pinggang atau daypack untuk memasukkan perlengkapan kecil seperti obat-obatan, boleh setiap orang membawanya atau hanya 1 atau 2 orang saja.
Untuk menghindari beban bawaan terlalu berat, hindari membawa barang-barang yang tidak perlu. Misalnya, cukup membawa baju dan celana tiga atau empat stel meski pendakian memerlukan waktu cukup lama. Satu stel pakaian dikenakan saat berangkat dari rumah hingga kaki gunung dan saat pulang. Satu stel sebagai baju lapangan saat mendaki. Satu stel yang lain sebagai baju kering yang digunakan saat berkemah. Rain coat dan payung dapat dicoret dari barang bawaan bila telah membawa ponco. Bila telah membawa lilin, cukup membawa batu baterai seperlunya untuk menyalakan senter dalam keadaan darurat. Piring dapat ditinggal di rumah karena wadah makanan dapat menggunakan rantang memasak atau cangkir. Bila barang perlengkapan telah terkumpul, masukkan semua ke dalam ransel. Jangan biarkan ada sejumlah barang seperti cangkir atau sandal diikat di luar ransel. Selain tidak sedap dipandang, risiko hilang selama pendakian, amat besar. Meski demikian, ada beberapa barang yang ditolerir bila ditaruh di luar ransel dan diikat dengan tali webbing ransel. Misalnya, matras karet dan tiang tenda. Namun, yakinkan, semua telah diikat dengan kencang. Menaruh barang di dalam ransel amat berbeda dengan cara memasukkan buku-buku pelajaran dalam daypack (ransel kecil yang biasa digunakan ke sekolah). Buku pelajaran, baju praktikum, kalkulator dapat kita cemplungkan begitu saja ke dalam daypack. Sebaliknya, barang-barang pendakian harus dimasukkan dalam ransel dengan aturan tertentu sehingga mengurangi rasa sakit saat memanggul dan menghindari ruang kosong dalam ransel. (Lihat : Prinsip Pengepakan Barang)

7.    Memakai Sepatu Hiking. Kegiatan utama dalam mendaki gunung adalah berjalan dan perlindungan terhadap kaki harus benar-benar diperhatikan. Kaki harus terlindung agar tidak terluka di sepanjang perjalanann. Sepasang sepatu hiking sangat tepat untuk perlindungan kaki saat pendakian. Jangan memilih sepatu yang mudah tergelincir, misalnya karena solnya dari kulit.  Sepatu hiking atau sepatu tentara yang banyak di jual di toko sepatu merupakan pilihan yang baik untuk mendaki gunung. Sepatu mendaki yang baik selain melindungi kaki dari luka, juga harus nyaman saat dipakai mesti membawa beban berat dimedan licin, berbatu-batu dan curam, jenis sepatu boot paling cocok untuk kegiatan ini, karena melindungi pergelangan kaki hingga mata kaki dari kemungkinan terkilir. Pilihlah sol sepatu dengan kembang-kembang besar, ceruk yang dalam dan memiliki tumit sol seperti ini memungkinkan pemakai dapat mencengkram permukaan meski kondisinya ekstrim (curam, licin atau berbatu-batu). Tapi, saya pribadi lebih senang menggunakan sandal gunung dengan lapisan kaos kaki karena lebih praktis namun tidak disarankan bagi pemula :D
8.    Perlengkapan Memasak dan Makanan. Perlengkapan memasak dan makanan yang cukup adalah salah satu perlengkapan yang harus di bawa pada saat melakukan pendakian. Memasak dengan kayu bakar memang dapat dilakukan tapi sangatlah sulit memasak menggunakan kayu bakar di gunung. Sebaiknya pendaki membawa kompor yang praktis untuk digunakan seperti kompor gas portable. Pendaki sebaiknya membeli beberapa cadangan isi ulang yang cukup untuk kompor gas portable. Sebagai wadah untuk memasak, pilihlah panci yang kecil dan praktis.
9.   Perlengkapan obat P3K. Perlengkapan obat P3K adalah perlengkapan yang harus dibawa pendaki. Sebaiknya bawalah peralatan medis, seperti obat sakit kepala, obat anti mabuk, minyak angin obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
10.  Jas Hujan. Alat ini sangat diperlukan terutama untuk mengantisipasi jika turun hujan saat pendakian. Sebab seringkali cuaca di gunung kurang bersahabat dan turun hujan yang cukup lebat.

 11.   Terakhir, perhatikan kesiapan mental dan fisik kamu, sedang fit atau tidak untuk melakukan pendakian. Selamat mendaki gunung!


TATA CARA PENDAKIAN
Saking semangatnya, pendaki muda kerap kali ingin segera mencapai puncak,apalagi bila kegiatan itu dilakukan berkelompok. Persaingan untuk berjalan paling cepat, paling depan, dan menjadi orang pertama memijak puncak, sebaiknya ditinggalkan.
Mendaki gunung yang baik justru melangkah perlahan dalam langkah-langkah kecil dan dalam irama tetap. Dengan berjalan seperti itu , pendaki dapat mengatur napas, dan menggunakan tenaga seefisien mungkin. Bagaimanapun mendaki merupakan pekerjaan melelahkan. Selain itu, keindahan alam dan kebersamaan dalam rombongan, sering menggoda pendaki untuk banyak berhenti dan beristirahat di tengah jalan. Bila dituruti terus, bukan tidak mungkin pendakian malah gagal mencapai puncak. Karena itu, cobalah membuat target pendakian. Misalnya, harus berjalan nonstop selama satu jam, lalu istirahat 10 menit, kembali mendaki selama satu jam dan seterusnya. Lakukan hal ini hingga mencapai puncak atau hari telah sore untuk berkemah. Pada medan perjalanan yang landai, target waktu seperti itu dapat diganti dengan target tempat. Caranya, tentukanlah titik-titik target di peta sebagai titik beristirahat.


TEKNIK BERJALAN
Mendaki gunung pada dasarnya adalah olahraga berjalan, di mana medan yang dilalui sangat berbeda dengan yang kita lalui sehariihari. Ditambah beban yang ada dipunggung maka kita dituntut untuk menguasai teknik menjaga keseimbangan dan berjalan di pegunungan dengan benar.

Di medan berkerikil atau berbatu bulat atau tajam seperti sungai harus dilewati dengan melompat dengan cepat dari satu batu ke batu yang lain sebelum batu tersebut sempat bergulir. Namun bila kondisi badan sudah lemah sebaiknya diperiksa dulu posisi batuan tersebut kemudian melewatinya perlahan-lahan. Tanah berumput basah karena embun dan hujan serta terdapat lumut mengakibatkan tergelincir. Medan berlumpur dan becek menjadikan perjalanan menjemukan, lambat serta menguras banyak tenaga. Hal ini hanya dapat dihindari bila kita memakai sepatu dari jenis yang tepat untuk keperluan hiking.

Berjalan di pegunungan bukit yang curam memerlukan keseimbangan yang prima. Gerakan mendadak seperti mengayun tangan dan melompa dapat berakibat fatal. Hati-hati dengan terpaan angin, berjalanlah tenang dan tidak kaku. Jangan memotong lintasan karena biasanya jalan setapak yang sudah ada mengikuti kontur alam sehingga tidak curam walau berkelok-kelok. Hapalkan lintasan tersebut agar mudah bila kehilangan arahatau pada saat kembali nantinya. Teknik lain berjalan di daerah curam adalah dengan lintasan zig-zag untuk menghemat nafas.

Jangan memakai tumbuhan kecil yang ada di tebing sebagai tumpuan karena biasanya banyak yang lapuk dan tidak cukup kuat untuk menahan bebn, cukup dipakai sebagai keseimbangan saja. Semak lebat sering menghalangi dan menghilangkan lintasan, bukalah semak dengan tebasan parang. Lakukanlah tebasan sesedikit mungkin untuk menghemat tenaga. Perhatikan pada waktu yang cukup lama untuk ditumbuhi rumput sehingga masihmudah ditemukan dengan sedikit menyibak semak. Lintasan yang kurang jelas biasanya jarang dilewati kecuali oleh penebang kayu. Sungai memang tampak sebagai jalan yang mudah dilalui untuk cepat sampai ke bawah, tetapi mengikuti aliran sungai adalah tindakan yang berbahaya. Sungai di gunung seringkali melewai tebing dan air terjun yang curam sehingga sulit dilalui tanpa peralatan memanjat tebing. Banyak kecelakaan terjadi karena mengikuti aliran sungai. Bila terpaksa untuk mengikuti aliran sungai, misalnya pada saat tersesat, ikutilah dari tempat yang tinggi prinsipnya ikutilah lintasan yang berbeda di pegunungan asalkan aliran sungai tersebut masih dapat terlihat dan bukan di cekuk-cekuk di mana sungai tersebut mengalir.
Pada saat turun kondisi badan biasanya sudah lelah ditambah posisi badan yang seluruhnya mengarah ke bawah sehingga otot kaki mendapt beban ekstra, kemungkinan terkilir dan tergelincir cukup besar. Kencangkan ujung kaki agar ujung kaki tidak tergencet dan pergunakan tumit sepatu sebagai rem dantumpuan beban. Jangan berjalan doyong ke muka, usahakan berat tubuh tetap ditengah. Cara lain adalah berjalan miring dengan tubuh doyong ke belakang segera dapat mengantisipasi keadaan bila terpeleset.

Hati-hati bila berada di daerah kawah, daerah yang gersang tanpa tumbuhan dan bila ada gejala pening atau mual biasanya merupakan pertanda adanya gas beracun. Hindari tempat tersebut dan segera carilah tempat dengan sirkulasi udara, sementara dapat digunakan kain yang dibasahi air dan ditutupkan ke hidung.
Kadangkala gas beracun mengalir tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah, kira-kira setinggi lutut. Gas ini  biasa menyerang pada saat pendaki sedang duduk beristirahat atau tidur. Karena sifatnya yang tidak berbau dan berawan maka gas ini perlu diwaspadai terutama bila timbul gejala keracuna sesaat setelah istirahat. Segera cari tempat istirahat atau shelter lain di tempat yang lebih tinggi, terbuka dan sirkulasi udara yang baik. Jangan terlalu berkonsentrasi pada gerakan kaki, berjalanlah santai dengan pandangan ke depan sambil sesekali memperhatikan keindahan pemandangan sekitar. Kecuali pada tanjakan yang curam lebih baik arahkan pandangan ke tanah karena biasanya pandangan ke atas akan melemahkan semangat tanpa disadari akibat timbulnya kesan seolah-olah tidak segera sampai.

Berjalan harus mengikuti suatu irama yang tetap dengan langkah-langkah kecil. Langkah yang selalu lebar akan mempengaruhi keseimbangan karena berat badan sering ditunjang oleh satu kaki saja. Pendaki gunung berjalan lebih lambat dari ritme berjalan yang normal untuk menghemat nafas. Kesulitan berbicara dengan teman selagi berjalan adalah pertanda berjalan terlalu cepat. Lebih baik berjalan lambat dengan istirahat yang sedikit daripada berjalan cepat dengan istirahat yang banyak pula. Saat beristirahat duduklah berselonjor dengan kaki sedikit diangkat di atas badan agar darah yang mengumpul di kaki dapat mengalir mormal kembali.
Hindari angin secara langsung karena udara dingin cepat mengerutkan otot yang istirahat. Pori-pori yang terbuka akibat berkeringat akan mengakibatkan exposure (kehilangan panas tubuh) bila terkena angin  (hawa dingin). Untuk menghindarinya usahakan untuk memakai jaket pada saat beristirahat walaupun tubuh agak terasa panas.

Jangan terlalu lama istirahat karena otot yang mulai mengendur akan memerlukan pemanasan kembali. Ukuran normal istirahat adalah sepuluh menit setiap berjalan selama satu jam. Bila semkain lama anda membutuhkan waktu istirahat lebih panjang dengan interval di bawah satu jam maka berarti anda telah terlalu lemah.
Selama istirahat perlu teknik pengaturan nafas untuk menghilangkan kepenatan dengan gerakan-gerakan ringan, misalnya menekuk badan ke muka ke belakang dan samping kiri kanan, mengambil nafas sekuat kuatnya, ditahan sejenak kemudian dihembuskan melalui mulut dengan berteriak. Teknik relaksasi seperti ini berguna untuk melepaskan kepenatan dan stres selama perjalanan.

Segera dirikan tenda (shelter) untuk istirahat panjang dengan lokasi datar, tidak berangin, dekat sumber air dan berada di tempat yang tinggi agar terhindar dari kemungkinan pengendapan gas racun. Segera psikologis tempat yang tinggi memungkinkan kita terlihat pemandangan yang menarik di sekitar untuk mengurangi kelelahan mental.

Selama istirahat minumlah air hangat yang cukup seimbang dengan keringat yang dikeluarkan. Tambahkan sedikit garam untuk mengganti mineral yang keluar bersama keringat dan untuk otot. Makanlah makanan kecil seperti biskuit dengan kadar hidrat arang yang tinggi untuk menambah tenaga.

Selama dalam perjalanan buanglah bungkus permen, puntung rokok dan bungkusnya serta sampah lainnya ke dalam tas plastik agar tidak mencemari lingkungan pegunungan. Sedapat mungkin lakukanlah SAR (Search and Rescue) sampah yang ada di sepanjang jalan dengan demikian kita telah membantu kebersihan dan kelestarian lingkungan pegunungan tersebut.
Buatlah jadwal rencana kegiatan sehingga waktu yang tersedia digunakan seefektif mungkin dalam bergiat di alam. Jadwal itu memungkinkan pendaki menghitung berapa banyak makanan, pakaian, peralatan harus dibawa, dan dana yang harus disiapkan. Jadwal itu antara lain mencakup keberangkatan, jadwal dan rute pendakian, kapan tiba di puncak, jadwal dan rute pulang, dan seterusnya. Jadwal pendakian perhari dapat lebih dirinci dengan berapa jam jatah pendakian, pukul berapa dimulai dan kapan berhenti serta seterusnya.


PRINSIP PENGEPAKAN BARANG DALAM RANSEL.
1.     Letakkan barang ringan di bagian bawah dan barang berat di bagian atas.
2. Barang-barang yang diperlukan paling akhir (misalnya peralatan kemping dan tidur), ditaruh di bagian bawah dan barang yang sering dikeluar-masukkan(seperti jaket, jas hujan, botol air) di bagian atas.
3.    Jangan biarkan ada ruang kosong dalam ransel. Contoh, manfaatkan bagian dalam panci sebagai tempat menyimpan beras.
Untuk itu, langkah pertama mengepak perlengkapan pendakian adalah mengelompokkan barang menurut jenis, seperti:
a. pakaian dan kantung tidur
b. alat memasak
c. tenda
d. makanan.
Bungkus kelompok-kelompok barang itu dalam kantong-kantong plastik agar mudah dicari. Sebagian besar pendaki menganggap, mengepak barang merupakan seni tersendiri dan kerap mengasyikkan. Dalam mendaki gunung maupun menjelajah alam atau berpetualang, pelaku juga harusMemasak, Makan dan Membersihkan diri

Perlengkapan berkemah
Tempat istirahat diperlukan bila pendaki sudah mencapai tempat yang dituju, untuk itu, mau tidak mau pendaki harus membangun kemah, cara berkemah yang paling aman dan nyaman bila menggunakan tenda sekarang ini banyak ragam tenda dari tenda prisma, piramid atau kubah (dome).
Tenda dome belakangan ini lebih banyak digunakan karena mudah dan praktis penggunan maupun saat dibawa, karena tenda dome tidak memerlukan banyak tali dan pasak. Selain itu, untuk mendirikannya hanya diperlukan dua rangka utama, untuk itu pilihlah rangka yang terbuat dari alumunium karena lebih baik, ringan dan lentur dibandingkan yang terbuat dari mika.

Dimanakah harusnya MENDIRIKAN TENDA ??
1.           Di tempat yang datar
2.           Di tempat yang kering
3.           Di sekitar banyak terdapat pohon
4.           Melawan arah angin 
5.           Tidak searah dengan aliran air

Perlengkapan Memasak
Selama berkemah, pendaki juga harus menyiapkan makanan, untuk itu beberapa jenis kompor ringan dan ringkas dapat dipilih untuk memasak di alam terbuka, kompor yang paling irit terbagi atas beberapa macam seperti kompor dengan bahan bakar padat (Parafin) atau kompor dengan tabung gas berukuran 250 gram dengan tungkai gas yang dapat di bawa dengan mudah, pilihan terakhir mungkin adalah kompor dengan bahan bakar minyak tanah atau lebih dikenal kompor tahu, kompor ini juga mudah dan ringkas untuk dibawa sebab antara tiang sumbu dan tiang penyangga dapat dipisahkan dari bagian tangki bahan bakar. PERLU diperhatikan, minyak tanah harus dipisahkan/dikeluarkan dari tabung tangki dan disimpan dalam jerigen atau botol khusus. Selain kompor dua buah panci kecil alumunium atau baja tahan karat cukup untuk memenuhi kegiatan masak-memasak. Satu set panci yang paling praktis dan murah dibawa adalah nesting, set panci yang biasa dijual ditoko perlengkapan militer. Nesting dapat berbentuk kotak atau bulat terdiri dari atas dua panci berukuran sedang dan satu panci pipih yang dapat digunakan sebagai piring atau wadah pemotong bahan-bahan masakan. Bawalah sendok, cangkir dan piring dari melamin atau plastik, bahan ini sukar pecah, mudah dibersihakan dengan sedikit air dan tisue, bila membawa korek api simpanlah dalam tabung film kaera agar tidak basah dan lembab.

Makanan (logistik).
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki. Selama pendakian seseorang membutuhkan sekitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun, ada bainnya hanya memakan nasi satu kali sehari dikala malam (saat berkenah) karena beras realtif berat dan memerluakan waktu yang lama untuk memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, mie dan sereal gandum. Hal yang perlu diperhatikan adalah hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biscuit, kismis, madu dan yang manis-manis. Apabila pada awal pendakian terjadi kesulitan dalam beradaptasi untuk bernafas, maka disarankan mengkonsumsi Jahe dan Gula Merah. :D
mumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan awetan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukkan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawa pun tidak banyak memakan tempat didalam ransel. Bawa Air minum sesuai dengan kebutuhan, vitamin C dan Pocari Sweat juga sangat membantu agar tidak mengalami dehidrasi.
  

Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti


 




Obat-Obatan Pribadi (Oksigen bila perlu)
Perban
Tissue Basah dan Tissue Kering
Senter dan Peniti

Syal dan Masker


 
Sarung tangan



Ketu (bahasa jawa ini, ga tau bahasa Indonesianya apaan.. topi berkuping yang di rajut tuh lhoo)



dan yang terakhiiirr.. jangan sampai kelupaan Kamera pocket atau hp :D biar bisa narsisss... hehehehehhee

Peralatan-peralatan tersebut kadang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap bersih. Oh iya! satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik , tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka! Selain megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian orang tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer jangan menganggap segala peralatan dan sampah akan membebani perjalanan, seorang mungkin saja dapat belajar menyalakan api dari ranting kayu, mencari makan dengan jerat arau menimbun sampah digunung, akan tetapi pendaki gunung yang juga pencinta alam selalau berprinsip leave nothing but footprint, take nothing but picture, kill nothing but time.
Selamat mendaki!!

1 comment: