Hey guys.. just like u
know.. aku seorang pendaki dan pencinta alam... sekarang, yang ingin aku
bagikan adalah mengenai apa itu pendakian, faktor-faktor pendukung pendakian
mulai dari peralatan, perlengkapan hingga tata cara pendakian maupun alasan dan
resiko suatu tindakan diambil..
check it out!
Pendakian adalah Kegiatan
olahraga ataupun hobi dari seseorang yang tergabung dalam komunitas tertentu
yang tentu saja menyukai petualangan atau permainan adrenalin. Namun, saat ini
aku akan membagikan FILOSOFI PENDAKIAN yang kusadur dari Belantara Indonesia
(Organisasi Pecinta Alam)
Filosofi Pendakian Gunung
adalah gambaran nyata bagi
para pecinta pendakian gunung tentang hal - hal dalam diri yang sering
mengatasnamakan para petualang. Pada masa kini, mendaki gunung adalah kegiatan
yang bisa dilakukan secara acak hanya untuk mengisi waktu luang ataupun hanya
sekedar ingin disebut Pecinta Alam. Dan disinilah Filosofi
Pendakian Gunung terbentuk.
Jika kau
ingin tahu lebih jelas mengenai sifat asli orang - orang dekatmu atau sifat
asli dirimu sendiri, ajaklah mendaki gunung. Di atas sana, kau akan
menemukan bahwa kau tidak bisa menyembunyikan karakter aslimu.
Kau akan menjadi dirimu sendiri, sepenuhnya.
Jika egois, maka di atas sana kau akan egois. Jika penakut, maka di atas sana kau pun akan banyak diam. Jika kau pengeluh, maka kau tidak akan berhenti mengeluh sepanjang perjalanan. Dari situlah kita akan semakin tahu kekurangan dan kelebihan diri masing - masing, dan kemudian kita bisa saling introspeksi diri.
Benar sekali, mendaki gunung tak jauh berbeda dengan kehidupan. Terkadang kita melewati tanjakan yang terjal, hingga kita hampir menyerah, terkadang juga kita menyusuri jalanan di tepi jurang, harus hati - hati melangkah karena jika tidak, kita bisa terpeleset. Ketika terpeleset mampukah kita melanjutkan perjalanan, atau memilih mundur dan turun untuk selanjutnya pulang?
Terkadang melewati turunan yang curam, terkadang hanya padang ilalang datar ratusan meter. Terkadang harus berhenti untuk melepas lelah setelah perjalanan panjang.
Seperti halnya hidup, ketika menempuh perjalanan kita banyak mengeluh karena lelah atau menikmati saja pemandangan sekitar. Itu adalah pilihan. Dengan jalur yang sama, beban yang sama, sikap pendaki satu dengan yang lain tentu akan berbeda. Beratnya beban di punggung adalah bekal kita. Tidak murah memang segala bekal kita namun sangat sepadan dengan apa yang akan kita nikmati selama mendaki gunung.
Sesekali kita membutuhkan orang lain untuk berpegangan ketika melewati titian. Terkadang kita harus mempercayakan nyawa kita kepada teman kita ketika kita perlu memanjat bagian gunung berupa tebing yang curam. Sesekali kita membutuhkan teman kita untuk memasang tenda. Sesekali kita membantu merawat teman yang sakit atau cidera dalam pendakian.
Terkadang kita membawa bekal yang "mewah" , makanan import, sosis, jeruk mandarin, kentucky, French Fries, celana bermerk dari Perancis, daypack bergambar Doraemon agar dikira buatan Jepang, sepatu gunung dengan harga enam digit dsb. Terkadang pula kita membawa tas ransel buatan pasar yang isinya sarung, nasi yang agak basi, sandal japit lokal harga empat ribuan, tenda bekas Pramuka yang sudah kumal, dsb.
Di gunung kita hanyalah penumpang, numpang lewat, numpang tidur, numpang buang air. Sering terjadi hal - hal di luar akal sehat dan logika ketika kita tidak mengindahkan “tata krama” di gunung. Disadari atau tidak, percaya atau tidak, hukum sebab akibat, berlaku sebagaimana kehidupan sehari - hari. Bagaimana kita menempatkan diri di gunung, terhadap penduduk setempat, terhadap pepohonan, sungai, satwa, dan sebagainya merupakan gambaran bagaimana kita hidup sehari - hari. Bagaimana perilaku seseorang di gunung adalah perilaku sesungguhnya dia di kehidupan sehari - harinya.
Satu pendaki dengan pendaki lain berbeda pandangan mengenai pendakian yang berhasil.
Si A berpandangan pendakian yang berhasil adalah jika dia telah sampai di puncak walau mungkin teman - teman se - timnya tidak berhasil. Si B berpandangan pendakian yang berhasil adalah jika seluruh anggota tim berhasil ke puncak bagaimanapun caranya. Ada yang lebih senang mendaki sendirian, karena berbagai alasan, tidak mau merepotkan orang lain, lebih bebas sendirian, tidak mau direpotkan orang lain, sok berani, dsb. Ada yang lebih suka dalam kelompok kecil karena bisa saling membantu, saling ketergantungan, mudah diatur - atur, dsb.
Ada yang mendaki dengan
menikmati keseluruhan perjalanan dari belanja hingga puncak, hingga
turun lagi, ada yang berprinsip bersakit - sakit dahulu ( perjalanan berat,
bawaan banyak, bekal lebih dari cukup ) bersenang - senang kemudian ( baru di
puncak bisa menikmati naik gunung, keberhasilan katanya, bongkar
bekal, dan pesta ), ada yang dari awal sampai turun lagi hanya mengeluh karena mendaki
gunung karena terpaksa, ada yang hanya iseng dan ikut - ikutan, dsb.
Dan di atas sana, di tengah
- tengah angin yang menderu - deru, di antara jurang yang berujung kelam, omong
kosong bila kau tidak bicara tentang Tuhan. Kau akan menyadari
seberapa kecil dan lemahnya dirimu di tengah hamparan alam semesta.
Dan seorang Lord Robert Boden Powell ( Bapak Pandu Dunia ) mengatakan : “Suatu negara tak akan kehabisan pemimpin jika di dalamnya masih terdapat anak muda yang penuh keberanian mendaki gunung tinggi dan menjelajah lautan”.
Dan seorang Lord Robert Boden Powell ( Bapak Pandu Dunia ) mengatakan : “Suatu negara tak akan kehabisan pemimpin jika di dalamnya masih terdapat anak muda yang penuh keberanian mendaki gunung tinggi dan menjelajah lautan”.
Ada 2 faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pendakian. Pertama, faktor ekstern atau faktor yang
berasal dari luar diri pendaki. Cuaca, kondisi alam, gas beracun yang dikandung
gunung dan sebagainya yang merupakan sifat dan bagian alam. Karena itu, bahaya
yang mungkin timbul seperti angin badai, pohon tumbang, letusan gunung atau
meruapnya gas beracun dikategorikan sebagai bahaya objektif (objective danger).
Seringkali faktor itu berubah dengan cepat di luar dugaan manusia.
Tidak ada seorang pendaki pun yang dapat mengatur bahaya objektif itu. Namun dia dapat menyiapkan diri menghadapi segala kemungkinan itu. Diri pendaki, segala persiapan, dan kemampuannya itulah yang menjadi faktor intern, faktor kedua yang berpengaruh pada sukses atau gagalnya mendaki gunung.
Bila pendaki tidak mempersiapkan pendakian, maka dia hanya memperbesar bahaya subyektif. Misalnya, bahaya kedinginan karena pendaki tidak membawa jaket tebal atau tenda untuk melawan dinginnya udara dan kencangnya angin. Mendaki gunung jangan dianggap enteng. Perlu persiapan khusus dan serius. Menganggap remeh persiapan bisa berakibat fatal. Kalau kamu ingin mendaki gunung, ada beberapa tips utama yang bisa saya berikan
1. Mengecek Dahulu Lokasi
Pendakian. Sebelum untuk memulai pendakian Anda disarankan mengecek dahulu
lokasi pendakian dan mengetahui track pendakian. Apakah keadaan gunung saat itu
dalam kondisi baik untuk didaki atau kondisi gunung siaga satu dan tidak layak
untuk didaki. Mengecek track pendakian melalui internet atau pun bertanya
kepada teman yang sudah hafal track pendakian itu juga penting dilakukan agar
kita siap menghadapi track yang akan kita lalui nanti. Atau paling tidak, dalam
1 rombongan pendaki, diharuskan paling kurang 1 orang yang sudah pernah mendaki
gunung tersebut.
2. Olahraga Minimal Sebulan
Sebelum Pendakian. Olahraga sebelum memulai pendakian sangat penting untuk
dilakukan karena biasanya untuk mendaki gunung dibutuhkan stamina yang kuat.
Medan yang tidak biasa, semakin tinggi lokasi, semakin tipis oksigen yang
tersedia untuk mendaki gunung. Tidak bisa ditawar, mendaki gunung adalah
kegiatan fisik berat. Karena itu, kebugaran fisik adalah hal mutlak. Untuk
berjalan dan menarik badan dari rintangan dahan atau batu, otot tungkai dan
tangan harus kuat. Untuk menahan beban ransel, otot bahu harus kuat. Daya tahan
(endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga
hitungan hari untuk bisa tiba di puncak.
Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum pendakian. Mulailah jogging tanpa memaksa diri, misalnya cukup 30 menit dengan lari-lari santai.
Tingkatkan waktu dan kecepatan jogging secara bertahap pada kesempatan berikutnya. Bila kegiatan itu terasa membosankan, dapat diselingi dengan berenang. Dua olahraga itu sangat bermanfaat meningkatkan endurance dan kapasitas maksimum paru-paru menyedot oksigen (Volume O2 maximum/VO2 max). Latihan push up, sit up, pull up sebaiknya juga dilakukan untuk memperkuat otot-otot.
Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum pendakian. Mulailah jogging tanpa memaksa diri, misalnya cukup 30 menit dengan lari-lari santai.
Tingkatkan waktu dan kecepatan jogging secara bertahap pada kesempatan berikutnya. Bila kegiatan itu terasa membosankan, dapat diselingi dengan berenang. Dua olahraga itu sangat bermanfaat meningkatkan endurance dan kapasitas maksimum paru-paru menyedot oksigen (Volume O2 maximum/VO2 max). Latihan push up, sit up, pull up sebaiknya juga dilakukan untuk memperkuat otot-otot.
3. Bawa Barang yang Penting
Saja. Pilihlah barang apa saja yang penting untuk dibawa ketika naik gunung.
Membawa barang yang belum tentu digunakan di gunung, hanya akan menambah beban
tas dan bisa menghambat pendakian, misalnya boneka.
4. Sleeping bag dan Tenda.
Untuk perlengkapan tidur diperlukan tenda dan sleeping bag . Bawalah tenda yang
baik dan sarung tidur (sleeping bag). Sleeping bag mampu menutupi seluruh tubuh
dengan baik, kecuali bagian kepala atau muka. Hawa dingin dari tanah yang kita
tiduri sering kali masih terasa, kendati sudah memakai kantung tidur.
Untuk menanggulanginya, tanah yang ditiduri dialasi dulu dengan plastik atau daun-daunan. Matras yang banyak dijual di pasaran akan baik sekali bila digunakan sebagai alas. Matras yang praktis adalah yang bisa dilipat dan digelembungkan dengan tiupan mulut. Matras yang terbuat dari karet busa juga pilihan yang baik karena kemampuannya menyekat hawa dingin dari tanah.
Untuk menanggulanginya, tanah yang ditiduri dialasi dulu dengan plastik atau daun-daunan. Matras yang banyak dijual di pasaran akan baik sekali bila digunakan sebagai alas. Matras yang praktis adalah yang bisa dilipat dan digelembungkan dengan tiupan mulut. Matras yang terbuat dari karet busa juga pilihan yang baik karena kemampuannya menyekat hawa dingin dari tanah.
5. Pakaian dan Jaket/Pakaian
Hangat
Pakaian yang ideal saat
mendaki di gunung tropis adalah yang relatif tebal dan menyerap keringat ,
celana yang tidak kaku dan ringan guna melindungi kaki dari goresan duri, baju
dari katun atau wol cukup ideal. Sayang bila telah basah, katun tidak mampu menghangatkan
badan, baju dari bahan sintetis misalnya polyester dan acrylics sedikit
menyerap keringat tetapi cepat kering, sementara bahan nilon sebaiknya tidak
digunakan karena tidak menyerap keringat sehingga keringat akan tetap menenpel
pada badan, sebaliknya nylon amat baik menahan hujan sehingga banyak digunakan
sebagai ponco. hindari pemakaian pakaian berbahan jeans. Bahan ini sukar kering
dan berat disaat basah , bila mendaki medan yang dirimbuni pepohonan atau semak
tinggi dimana terpaan angin tidak kencang, hindari pemakaian jakat saat
berjalan, selain menahan keringat yang menempel di badan jaket juga membuat
tubuh terasa gerah karena selama berjalan suhu tubuh meningkat akibat
pembakaran zat makanan untuk menghasilkan energi. Pada saat istirahat disela
pendakian, pembakaran berkurang, dinginya temperatur di gunung dan hembusan
angin maka pendaki akan menghadapi perbedaan draktis temperatur oleh karena itu
saat beristirahat sebaiknya pendaki mengunakan jaket atau sweater tebal, bila
beristirahat saat hujan sebaiknya menganti baju yang basah dengan baju yang
kering. Jaket sebaiknya digunakan untuk menahan dingin di puncak atau lokasi
kemping saat aktifitas tidak segiat saat berjalan, pilihlah jaket yang berbahan
isian (down Jaket) jaket jenis ini cukup tebal dan menahan dingin yang baik,
kelemahannya relatif berat dan memakan banyak tempat dalam ransel, jaket
lainnya sebaiknya dibawa adalah yang memiliki dua lapisan (double layer)
lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool
atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini
teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman
dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah
mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan
(water proff) sayang, bahan ini masih mahal.
6. Memakai Ransel (carrier).
Carrier atau tas besar adalah perlengkapan utama dalam pendakian. Carrier ini
berguna untuk menampung seluruh perbekalan dan peralatan yang akan di bawa
dalam pendakian. Disarankan membawa tas pinggang atau daypack untuk memasukkan
perlengkapan kecil seperti obat-obatan, boleh setiap orang membawanya atau
hanya 1 atau 2 orang saja.
Untuk menghindari beban
bawaan terlalu berat, hindari membawa barang-barang yang tidak perlu. Misalnya,
cukup membawa baju dan celana tiga atau empat stel meski pendakian memerlukan
waktu cukup lama. Satu stel pakaian dikenakan saat berangkat dari rumah hingga
kaki gunung dan saat pulang. Satu stel sebagai baju lapangan saat mendaki. Satu
stel yang lain sebagai baju kering yang digunakan saat berkemah. Rain coat dan
payung dapat dicoret dari barang bawaan bila telah membawa ponco. Bila telah
membawa lilin, cukup membawa batu baterai seperlunya untuk menyalakan senter
dalam keadaan darurat. Piring dapat ditinggal di rumah karena wadah makanan
dapat menggunakan rantang memasak atau cangkir. Bila barang perlengkapan telah
terkumpul, masukkan semua ke dalam ransel. Jangan biarkan ada sejumlah barang
seperti cangkir atau sandal diikat di luar ransel. Selain tidak sedap dipandang,
risiko hilang selama pendakian, amat besar. Meski demikian, ada beberapa barang
yang ditolerir bila ditaruh di luar ransel dan diikat dengan tali webbing
ransel. Misalnya, matras karet dan tiang tenda. Namun, yakinkan, semua telah
diikat dengan kencang. Menaruh barang di dalam ransel amat berbeda dengan cara
memasukkan buku-buku pelajaran dalam daypack (ransel kecil yang biasa digunakan
ke sekolah). Buku pelajaran, baju praktikum, kalkulator dapat kita cemplungkan
begitu saja ke dalam daypack. Sebaliknya, barang-barang pendakian harus
dimasukkan dalam ransel dengan aturan tertentu sehingga mengurangi rasa sakit
saat memanggul dan menghindari ruang kosong dalam ransel. (Lihat : Prinsip
Pengepakan Barang)
7. Memakai Sepatu Hiking.
Kegiatan utama dalam mendaki gunung adalah berjalan dan perlindungan terhadap
kaki harus benar-benar diperhatikan. Kaki harus terlindung agar tidak terluka
di sepanjang perjalanann. Sepasang sepatu hiking sangat tepat untuk
perlindungan kaki saat pendakian. Jangan memilih sepatu yang mudah tergelincir,
misalnya karena solnya dari kulit. Sepatu hiking atau sepatu tentara yang
banyak di jual di toko sepatu merupakan pilihan yang baik untuk mendaki gunung. Sepatu
mendaki yang baik selain melindungi kaki dari luka, juga harus nyaman saat
dipakai mesti membawa beban berat dimedan licin, berbatu-batu dan curam, jenis
sepatu boot paling cocok untuk kegiatan ini, karena melindungi pergelangan kaki
hingga mata kaki dari kemungkinan terkilir. Pilihlah sol sepatu dengan kembang-kembang
besar, ceruk yang dalam dan memiliki tumit sol seperti ini memungkinkan pemakai
dapat mencengkram permukaan meski kondisinya ekstrim (curam, licin atau
berbatu-batu). Tapi, saya pribadi lebih senang menggunakan sandal gunung
dengan lapisan kaos kaki karena lebih praktis namun tidak disarankan bagi
pemula :D
8. Perlengkapan Memasak dan
Makanan. Perlengkapan memasak dan makanan yang cukup adalah salah satu
perlengkapan yang harus di bawa pada saat melakukan pendakian. Memasak dengan
kayu bakar memang dapat dilakukan tapi sangatlah sulit memasak menggunakan kayu
bakar di gunung. Sebaiknya pendaki membawa kompor yang praktis untuk digunakan
seperti kompor gas portable. Pendaki sebaiknya membeli beberapa cadangan isi
ulang yang cukup untuk kompor gas portable. Sebagai wadah untuk memasak,
pilihlah panci yang kecil dan praktis.
9.
Perlengkapan
obat P3K. Perlengkapan obat P3K adalah perlengkapan yang harus dibawa pendaki.
Sebaiknya bawalah peralatan medis, seperti obat sakit kepala, obat anti mabuk,
minyak angin obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit
tertentu.
10. Jas Hujan. Alat ini sangat
diperlukan terutama untuk mengantisipasi jika turun hujan saat pendakian. Sebab
seringkali cuaca di gunung kurang bersahabat dan turun hujan yang cukup lebat.
11. Terakhir, perhatikan
kesiapan mental dan fisik kamu, sedang fit atau tidak untuk melakukan
pendakian. Selamat mendaki gunung!
TATA CARA PENDAKIAN
Saking
semangatnya, pendaki muda kerap kali ingin segera mencapai puncak,apalagi bila
kegiatan itu dilakukan berkelompok. Persaingan untuk berjalan paling cepat,
paling depan, dan menjadi orang pertama memijak puncak, sebaiknya ditinggalkan.
Mendaki
gunung yang baik justru melangkah perlahan dalam langkah-langkah kecil dan
dalam irama tetap. Dengan berjalan seperti itu , pendaki dapat mengatur napas,
dan menggunakan tenaga seefisien mungkin. Bagaimanapun mendaki merupakan
pekerjaan melelahkan. Selain itu, keindahan alam dan kebersamaan dalam
rombongan, sering menggoda pendaki untuk banyak berhenti dan beristirahat di
tengah jalan. Bila dituruti terus, bukan tidak mungkin pendakian malah gagal
mencapai puncak. Karena itu, cobalah membuat target pendakian. Misalnya, harus
berjalan nonstop selama satu jam, lalu istirahat 10 menit, kembali mendaki
selama satu jam dan seterusnya. Lakukan hal ini hingga mencapai puncak atau hari
telah sore untuk berkemah. Pada medan perjalanan yang landai, target waktu
seperti itu dapat diganti dengan target tempat. Caranya, tentukanlah
titik-titik target di peta sebagai titik beristirahat.
TEKNIK BERJALAN
Mendaki
gunung pada
dasarnya adalah olahraga berjalan, di mana medan yang dilalui sangat
berbeda dengan yang kita lalui sehariihari. Ditambah beban yang ada
dipunggung maka kita dituntut untuk menguasai teknik menjaga keseimbangan
dan berjalan di pegunungan dengan benar.
Di medan
berkerikil atau berbatu bulat atau tajam seperti sungai harus dilewati dengan melompat
dengan cepat dari satu batu ke batu yang lain sebelum batu tersebut sempat
bergulir. Namun bila kondisi badan sudah lemah sebaiknya diperiksa dulu
posisi batuan tersebut kemudian melewatinya perlahan-lahan. Tanah berumput
basah karena embun dan hujan serta terdapat lumut mengakibatkan tergelincir.
Medan berlumpur dan becek menjadikan perjalanan menjemukan, lambat serta
menguras banyak tenaga. Hal ini hanya dapat dihindari bila kita memakai
sepatu dari jenis yang tepat untuk keperluan hiking.
Berjalan
di pegunungan bukit yang curam memerlukan keseimbangan yang prima. Gerakan
mendadak seperti mengayun tangan dan melompa dapat berakibat fatal.
Hati-hati dengan terpaan angin, berjalanlah tenang dan tidak kaku. Jangan
memotong lintasan karena biasanya jalan setapak yang sudah ada
mengikuti kontur alam sehingga tidak curam walau berkelok-kelok. Hapalkan
lintasan tersebut agar mudah bila kehilangan arahatau pada saat kembali
nantinya. Teknik lain berjalan di daerah curam adalah dengan
lintasan zig-zag untuk menghemat nafas.
Jangan
memakai tumbuhan kecil yang
ada di tebing sebagai tumpuan karena biasanya banyak yang lapuk dan tidak
cukup kuat untuk menahan bebn, cukup dipakai sebagai keseimbangan saja. Semak
lebat sering menghalangi dan menghilangkan lintasan, bukalah semak dengan
tebasan parang. Lakukanlah tebasan sesedikit mungkin untuk menghemat
tenaga. Perhatikan pada waktu yang cukup lama untuk ditumbuhi rumput
sehingga masihmudah ditemukan dengan sedikit menyibak semak. Lintasan
yang kurang jelas biasanya jarang dilewati kecuali oleh penebang kayu.
Sungai memang tampak sebagai jalan yang mudah dilalui untuk cepat sampai ke
bawah, tetapi mengikuti aliran sungai adalah tindakan yang berbahaya.
Sungai di gunung seringkali melewai tebing dan air terjun yang curam
sehingga sulit dilalui tanpa peralatan memanjat tebing. Banyak kecelakaan
terjadi karena mengikuti aliran sungai. Bila terpaksa untuk mengikuti aliran
sungai, misalnya pada saat tersesat, ikutilah dari tempat yang tinggi
prinsipnya ikutilah lintasan yang berbeda di pegunungan asalkan aliran sungai
tersebut masih dapat terlihat dan bukan di cekuk-cekuk di mana sungai
tersebut mengalir.
Pada saat
turun kondisi badan biasanya sudah lelah ditambah posisi badan yang seluruhnya
mengarah ke bawah sehingga otot kaki mendapt beban ekstra, kemungkinan
terkilir dan tergelincir cukup besar. Kencangkan ujung kaki agar ujung
kaki tidak tergencet dan pergunakan tumit sepatu sebagai rem dantumpuan beban.
Jangan berjalan doyong ke muka, usahakan berat tubuh tetap ditengah. Cara lain
adalah berjalan miring dengan tubuh doyong ke belakang segera dapat
mengantisipasi keadaan bila terpeleset.
Hati-hati
bila berada di daerah kawah, daerah
yang gersang tanpa tumbuhan dan bila ada gejala pening atau mual biasanya
merupakan pertanda adanya gas beracun. Hindari tempat tersebut dan segera
carilah tempat dengan sirkulasi udara, sementara dapat digunakan kain yang
dibasahi air dan ditutupkan ke hidung.
Kadangkala
gas beracun mengalir tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah, kira-kira
setinggi lutut. Gas ini biasa menyerang pada saat pendaki sedang duduk
beristirahat atau tidur. Karena sifatnya yang tidak berbau dan berawan
maka gas ini perlu diwaspadai terutama bila timbul gejala keracuna sesaat
setelah istirahat. Segera cari tempat istirahat atau shelter lain di
tempat yang lebih tinggi, terbuka dan sirkulasi udara yang baik. Jangan
terlalu berkonsentrasi pada gerakan kaki, berjalanlah santai dengan pandangan
ke depan sambil sesekali memperhatikan keindahan pemandangan sekitar.
Kecuali pada tanjakan yang curam lebih baik arahkan pandangan ke tanah
karena biasanya pandangan ke atas akan melemahkan semangat tanpa
disadari akibat timbulnya kesan seolah-olah tidak segera sampai.
Berjalan
harus mengikuti suatu irama yang tetap dengan langkah-langkah kecil. Langkah yang selalu
lebar akan mempengaruhi keseimbangan karena berat badan sering ditunjang
oleh satu kaki saja. Pendaki gunung berjalan lebih lambat dari ritme
berjalan yang normal untuk menghemat nafas. Kesulitan berbicara dengan teman
selagi berjalan adalah pertanda berjalan terlalu cepat. Lebih baik
berjalan lambat dengan istirahat yang sedikit daripada berjalan cepat
dengan istirahat yang banyak pula. Saat beristirahat duduklah
berselonjor dengan kaki sedikit diangkat di atas badan agar darah yang
mengumpul di kaki dapat mengalir mormal kembali.
Hindari
angin secara langsung karena
udara dingin cepat mengerutkan otot yang istirahat. Pori-pori yang terbuka
akibat berkeringat akan mengakibatkan exposure (kehilangan panas tubuh)
bila terkena angin (hawa dingin). Untuk menghindarinya usahakan untuk
memakai jaket pada saat beristirahat walaupun tubuh agak terasa panas.
Jangan terlalu lama
istirahat karena
otot yang mulai mengendur akan memerlukan pemanasan kembali. Ukuran normal
istirahat adalah sepuluh menit setiap berjalan selama satu jam. Bila semkain
lama anda membutuhkan waktu istirahat lebih panjang dengan interval di
bawah satu jam maka berarti anda telah terlalu lemah.
Selama
istirahat perlu teknik pengaturan nafas untuk menghilangkan kepenatan dengan gerakan-gerakan ringan,
misalnya menekuk badan ke muka ke belakang dan samping kiri kanan, mengambil
nafas sekuat kuatnya, ditahan sejenak kemudian dihembuskan melalui mulut
dengan berteriak. Teknik relaksasi seperti ini berguna untuk melepaskan
kepenatan dan stres selama perjalanan.
Segera
dirikan tenda (shelter) untuk istirahat panjang dengan lokasi datar,
tidak berangin, dekat sumber air dan berada di tempat yang tinggi agar
terhindar dari kemungkinan pengendapan gas racun. Segera psikologis tempat
yang tinggi memungkinkan kita terlihat pemandangan yang menarik di sekitar
untuk mengurangi kelelahan mental.
Selama
istirahat minumlah air hangat yang cukup seimbang dengan keringat yang
dikeluarkan. Tambahkan sedikit garam untuk mengganti mineral yang keluar
bersama keringat dan untuk otot. Makanlah makanan kecil seperti biskuit
dengan kadar hidrat arang yang tinggi untuk menambah tenaga.
Selama
dalam perjalanan buanglah bungkus permen, puntung rokok dan bungkusnya serta
sampah lainnya ke dalam tas plastik agar tidak mencemari lingkungan pegunungan. Sedapat mungkin
lakukanlah SAR (Search and Rescue) sampah yang ada di
sepanjang jalan dengan demikian kita telah membantu kebersihan dan kelestarian
lingkungan pegunungan tersebut.
Buatlah jadwal rencana kegiatan sehingga waktu yang tersedia
digunakan seefektif mungkin dalam bergiat di alam. Jadwal itu memungkinkan
pendaki menghitung berapa banyak makanan, pakaian, peralatan harus dibawa, dan
dana yang harus disiapkan. Jadwal itu antara lain mencakup keberangkatan,
jadwal dan rute pendakian, kapan tiba di puncak, jadwal dan rute pulang, dan
seterusnya. Jadwal pendakian perhari dapat lebih dirinci dengan berapa jam
jatah pendakian, pukul berapa dimulai dan kapan berhenti serta seterusnya.
1. Letakkan barang ringan di
bagian bawah dan barang berat di bagian atas.
2. Barang-barang yang diperlukan paling akhir (misalnya peralatan
kemping dan tidur), ditaruh di bagian bawah dan barang yang sering
dikeluar-masukkan(seperti jaket, jas hujan, botol air) di bagian atas.
3. Jangan biarkan ada ruang
kosong dalam ransel. Contoh, manfaatkan bagian dalam panci sebagai tempat
menyimpan beras.
Untuk
itu, langkah pertama mengepak perlengkapan pendakian adalah mengelompokkan
barang menurut jenis, seperti:
a.
pakaian dan kantung tidur
b. alat
memasak
c. tenda
d.
makanan.
Bungkus
kelompok-kelompok barang itu dalam kantong-kantong plastik agar mudah dicari.
Sebagian besar pendaki menganggap, mengepak barang merupakan seni tersendiri
dan kerap mengasyikkan. Dalam mendaki gunung maupun menjelajah alam atau
berpetualang, pelaku juga harusMemasak, Makan dan Membersihkan diri
Perlengkapan berkemah
Tempat istirahat diperlukan
bila pendaki sudah mencapai tempat yang dituju, untuk itu, mau tidak mau
pendaki harus membangun kemah, cara berkemah yang paling aman dan nyaman bila
menggunakan tenda sekarang ini banyak ragam tenda dari tenda prisma, piramid atau
kubah (dome).
Tenda dome belakangan ini lebih banyak digunakan karena mudah dan praktis penggunan maupun saat dibawa, karena tenda dome tidak memerlukan banyak tali dan pasak. Selain itu, untuk mendirikannya hanya diperlukan dua rangka utama, untuk itu pilihlah rangka yang terbuat dari alumunium karena lebih baik, ringan dan lentur dibandingkan yang terbuat dari mika.
Tenda dome belakangan ini lebih banyak digunakan karena mudah dan praktis penggunan maupun saat dibawa, karena tenda dome tidak memerlukan banyak tali dan pasak. Selain itu, untuk mendirikannya hanya diperlukan dua rangka utama, untuk itu pilihlah rangka yang terbuat dari alumunium karena lebih baik, ringan dan lentur dibandingkan yang terbuat dari mika.
Dimanakah
harusnya MENDIRIKAN TENDA ??
1. Di tempat yang datar
2. Di tempat yang kering
3. Di sekitar banyak terdapat
pohon
4. Melawan arah angin
5. Tidak searah dengan aliran air
5. Tidak searah dengan aliran air
Perlengkapan Memasak
Selama berkemah, pendaki
juga harus menyiapkan makanan, untuk itu beberapa jenis kompor ringan dan
ringkas dapat dipilih untuk memasak di alam terbuka, kompor yang paling irit
terbagi atas beberapa macam seperti kompor dengan bahan bakar padat (Parafin) atau
kompor dengan tabung gas berukuran 250 gram dengan tungkai gas yang dapat di
bawa dengan mudah, pilihan terakhir mungkin adalah kompor dengan bahan bakar
minyak tanah atau lebih dikenal kompor tahu, kompor ini juga mudah dan ringkas
untuk dibawa sebab antara tiang sumbu dan tiang penyangga dapat dipisahkan dari
bagian tangki bahan bakar. PERLU diperhatikan, minyak tanah harus
dipisahkan/dikeluarkan dari tabung tangki dan disimpan dalam jerigen atau botol
khusus. Selain kompor dua buah panci kecil alumunium atau baja tahan karat
cukup untuk memenuhi kegiatan masak-memasak. Satu set panci yang paling praktis
dan murah dibawa adalah nesting, set panci yang biasa dijual ditoko
perlengkapan militer. Nesting dapat berbentuk kotak atau bulat terdiri dari
atas dua panci berukuran sedang dan satu panci pipih yang dapat digunakan
sebagai piring atau wadah pemotong bahan-bahan masakan. Bawalah sendok, cangkir
dan piring dari melamin atau plastik, bahan ini sukar pecah, mudah dibersihakan
dengan sedikit air dan tisue, bila membawa korek api simpanlah dalam tabung
film kaera agar tidak basah dan lembab.
Makanan (logistik).
Makanan yang dibawa
seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki. Selama pendakian seseorang
membutuhkan sekitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi
dengan mengkonsumsi nasi. Namun, ada bainnya hanya memakan nasi satu kali
sehari dikala malam (saat berkenah) karena beras realtif berat dan memerluakan
waktu yang lama untuk memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras
dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, mie dan sereal gandum. Hal yang
perlu diperhatikan adalah hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih
dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan
waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar,
buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat,
biscuit, kismis, madu dan yang manis-manis. Apabila pada awal pendakian terjadi
kesulitan dalam beradaptasi untuk bernafas, maka disarankan mengkonsumsi Jahe
dan Gula Merah. :D
mumnya makanan yang paling
praktis dibawa adalah makanan awetan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan
karton sebelum dimasukkan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat
berkurang dan makanan yang dibawa pun tidak banyak memakan tempat didalam
ransel. Bawa Air minum sesuai dengan kebutuhan, vitamin C dan Pocari Sweat juga
sangat membantu agar tidak mengalami dehidrasi.
Peralatan lain
Selain peralatan dan
sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang dirasa
sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti
Obat-Obatan Pribadi
(Oksigen bila perlu)
Perban
Tissue Basah dan Tissue Kering
Syal dan Masker
Sarung tangan
Ketu (bahasa jawa ini, ga tau bahasa Indonesianya apaan.. topi
berkuping yang di rajut tuh lhoo)
dan yang terakhiiirr.. jangan sampai kelupaan Kamera pocket atau
hp :D biar bisa narsisss... hehehehehhee
Peralatan-peralatan
tersebut kadang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap
bersih. Oh iya! satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa
membawa tas / kantong plastik , tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh
barang-barang yang kotor dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga
berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa
makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka! Selain
megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan
bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha
pencarian orang tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang
tercecer jangan menganggap segala peralatan dan sampah akan membebani perjalanan,
seorang mungkin saja dapat belajar menyalakan api dari ranting kayu, mencari
makan dengan jerat arau menimbun sampah digunung, akan tetapi pendaki gunung
yang juga pencinta alam selalau berprinsip leave nothing but
footprint, take nothing but picture, kill nothing but time.
Selamat mendaki!!
sis pernah daki semeru? gimana medan disana sis?
ReplyDelete